Apa yang ada di otakku hanyalah ingatan tentang seberkas sinar pudar matahari yang hampir tenggelam di senja itu. Aku terduduk diam menatap gulungan ombak dan mendengar suara deburannya. Bergemuruh. Aku melumat rumput laut yang ada di genggamanku. Kemudian memendamnya dalam-dalam pada butiran pasir. Aku menyadari bahwa aku kini masih bersembunyi, seperti ikan yang berenang di antara celah terumbu karang agar tak terlihat nelayan yang akan menjualnya pada pengusaha. Pengusaha yang tak pernah peduli pada kelestariannya demi diversifikasi produk hasil laut perusahaannya. Dan aku bersembunyi dari kenyataan yang pahit ini.
Seminggu yang lalu aku berlari meninggalkan kerumunan itu. Membiarkan pipiku basah. Mengacuhkan nyeri pada tumit. Menulikan diri dari suara yang memanggil-manggilku. Segera aku lambaikan tangan ketika kulihat ada taksi. Aku bergegas naik sebelum orang itu mencapaiku. Aku meminta supir itu mengantarku ke tempat ini.
Tak ada yang spesial dari tempat ini. Hanya ada hamparan pasir yang tak putih yang begitu luas. Berdampingan dengan lautan dengan ombak yang tak kecil. Ada kesan mistis di sini, di pantai ini. Tapi entah kenapa aku bisa duduk seharian tanpa melakukan apapun. Hanya memandang matahari yang mengintip malu di balik awan saat fajar tiba hingga ia kembali menyelinap pergi untuk memenuhi tugasnya di belahan lain bumi. Aku tak perlu makan ataupun minum. Aku hanya ingin diam.
Aku tak beranjak selama dua hari. Hanya duduk di tempat yang sama hingga pagi di hari ketiga aku tertarik merasakan dingin air yang melimpah itu. Aku berdiri, mencoba berjalan. Tertatih. Perlahan. Menghampiri air asin itu. Aku terus berjalan. Aku ternyata tak puas hanya merasakan air itu di kakiku. Aku ingin merasakannya menyelimuti tubuhku. Aku terus berjalan lagi. Ada dingin yang menyerang tubuhku. Tapi itu sungguh sensasi yang menyenangkan. Ah, sepertinya akan menyenangkan kalau air ini membungkus kepalaku. Mungkin aku akan mampu menghilangkan kenangannya yang betah bertahan di sana. Lalu aku membenamkannya dalam. Dan semua gelap!
Dan kini, aku kembali duduk di sini. Dengan rasa yang semakin tak terdefinisikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar