Ternyata aku melupakan sesuatu
yang begitu penting ketika aku mulai membuka hati untuk yang lain. Aku lupa
untuk MEMPERSIAPKAN DIRI! Aku lupa mempersiapkan diriku untuk rasa sakit dan
rasa bahagia. Aku lupa untuk mempersiapkan diri menerima jawaban YA dan TIDAK.
Aku lupa mempersiapkan diri untuk proses yang akan BERLANJUT atau BERHENTI! Aku
MELUPAKAN itu semua!
Bukannya dulu aku pernah menulis bahwa ketika kita
telah memutuskan memberikan hati pada yang lain maka kita harus siap dengan dua
hal yang mungkin saja selalu bergandengan? Entah kenapa aku bisa melupakannya.
Ketika aku siap membuka hati,
maka seharusnya aku mempersiapkan diri untuk menerima atau menolak. Jika kita
telah membuka hati, entah cepat atau lambat akan segera datang orang yang ingin
masuk atau hanya sekedar mengetuk pintu kita. Jika ia ingin masuk maka siapkah
kita menerima orang itu berada dalam hati kita atau kita hanya akan
membiarkannya berada di luar dan kemudian perlahan menjauh?
Kalau kita menolak kehadiran
mereka, siapkah kita merasa kesepian lagi dalam penantian kita atau kita malah
semakin bahagia karena merasa terbebas dari sesuatu yang membuat kita tidak
nyaman? Lalu jika kita menerima dia dalam hidup kita, siapkah kita untuk kecewa
atau malah bersyukur dalam perjalanan selanjutnya?
Jika kita kelak kecewa, siapkah
kita untuk terus bertahan bersamanya, atau malah berhenti di separuh perjalanan
dan kembali memutar haluan ke awal? Kalo kita memilih bertahan, sanggupkah kita
kembali bergumul dengan luka lalu kita akan mati perlahan atau kita bertahan
hingga akhirnya kita bahagia karena akhirnya dia bisa berubah? Sedangkan kalo
kita memilih berhenti di separuh perjalanan, mampukah kita mengobati luka dan
mencari yang baru atau kita malah terpuruk tanpa bisa bangkit lagi? Jika kita
bersyukur, maka siapkan dirimu untuk nikmat yang lebih besar lagi atau kamu
akan menjadi semakin kufur karena merasa memiliki segalanya!
Semuanya memiliki dua sisi.
Semuanya adalah pilihan. Dan aku lupa bahwa aku bisa saja jatuh cinta dan merasa
sakit atau jatuh cinta tapi bahagia. Jika ada istilah membina dan membangun
cinta bisa jadi kita bahagia (karena kita tidak jatuh!), bukankah masih ada
pilihan bahwa cinta yang kita bangun masih berpotensi roboh karena pondasi yang
tidak kokoh atau karena bencana yang tak terduga?
Maka yang perlu aku lakukan
selanjutnya adalah mempersiapkan diri ini dulu. Bersiap untuk sedih dan
bahagia. Karena tidak pernah kita merasa bahagia tanpa kita tahu bagaimana rasa
sedih itu. Pun sebaliknya sedih tak akan terasa tanpa pernah kita merasa
bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar