Bapaaakkk...apa kabar disana??? (membayangkan berlari menyambut Bapak seperti waktu kecil dulu :') )
Semoga baik-baik saja ya... Aku kangen banget sama Bapak... *peluuuukkk...(meski sekedar bayangan!)*
Pak, apa sesungguhnya yang kau rasakan disana? Sakitkah? Atau sepi? Apa yang kau lihat disana dan siapa saja yang telah kau temui disana? Bahagiakah Bapak disana? Seberapa rindukah kau kepadaku dan pada keluarga disini? Tapi satu hal yang pasti kuingin dan ku do'akan, semoga Bapak selalu tenang disana.
Pak, suatu saat ceritakanlah padaku apa yang kau rasakan disana. Biar disini aku bisa menyiapkan diriku sebaik mungkin. Biar ketika kelak aku menemuimu disana, aku bisa tersenyum dan dengan bangga mengatakan "Lihat, aku sudah siap berada disini dan bersama bapakku karena Bapak telah membimbingku dan mempersiapkanku sebelumnya!"
Begitu banyak pertanyaan dibenakku yang ingin kuajukan pada Bapak. Begitu banyak pula cerita yang ingin kubagi pada Bapak. Pastilah cerita duka dan suka disini tanpamu. Bila kami bahagia, ingin rasanya aku ajak Bapak kembali lagi kesini bersama kami. Brcanda, bergurau, berbagi, jalan-jalan, bermain, tertawa dan termenung bersama. Kala duka yang menyapa, ingin sekali rasanya aku menghampirimu lalu memelukmu. Menumpahkan segala beban dan tangis ini di dadamu.
Bapak, seperti saat ini. Aku merindukanmu melebihi jagad raya ini. Aku rindu pelukanmu yang hangat, aku rindu tatapmu yang teduh, aku rindu belai dan ucapmu yang menenangkan. Aku rindu. Banyak tangisku yang tak tertumpahkkan, banyak cerita yang tak tercurahkan. Dan aku ingin sekali mencurahkan nya pada Bapak, seperti dulu, dibawah langit malam sambil menunggu bintang jatuh. Kalau tak ada bintang jatuh maka cukuplah bagi kita menikmati kerlip indah diatas sana sambil bercerita tentang mimpi-mimpi dan harapan kita.
Pak, ini tentang salah satu harapan Bapak yang terpatri dalam di hati dan pikiranku semenjak engkau pergi. Harapan yang dulu kau tanamkan pada anak-anak lelakimu, yang ternyata tak mampu mewujudkannya hingga kau pergi. Dan kini sepertinya akupun tak mampu mewujudkannya meski aku telah berusaha.
Pak, mungkin usahaku kurang keras, maaf. Aku hanya inginkan yang bisa menerima tak hanya aku tapi juga orang-orang lain yang kau sayangi. Apa aku salah ketika aku ingin bahagia tak hanya bersama dia tapi juga bahagia bersama keluargaku? Apa aku salah ketika aku harus menolak dia yang tak membuat ku nyaman? Sungguh, aku tak berniat. Aku hanya ingin seperti harapan satu-satunya pintu surga yang tersisa untukku tanpa bermaksud mengesampingkan harapanmu, Pak. Ini pun berat bagiku, berat sekali.
Atau seperti saat ini, ketika aku merasakan hal yang berbeda pada seseorang, namun ternyata keadaan tak merestui kami. Lagi-lagi, semua demi pintu surgaku, wanita yang kau cintai. Tak ingin aku meninggalkan wanitamu, tak ingin aku menyia-nyiakan limpahan pahala yang tergelar dihadapannya, tak ingin aku membuatmu menangis dan murka karena aku melupakannya. Kalian masih lah yang tercinta, takkan terganti.
Lalu, yang bisa kulakukan hanyalah kembali berpasrah pada-Nya. Kembali berujar maaf padamu dan kembali berusaha untuk mewujudkan harapanmu dan membahagiakan wanitamu. Pak, mungkinkah orang akan berfikir bahwa aku serakah? Terlalu mulukkah aku jika aku berharap mampu mewwujudkan impian dua orang sekaligus? Jika iya, biskah kau katakan padaku apa yang seharusnya aku lakukan?
Sungguh Pak, aku butuh Bapak untuk memberiku sedikit petunjuk. Aku butuh Bapak untuk menenangkanku dan menunjukkanku apa yang bisa aku lakukan. Jikalau kau hanya mampu terdiam, setidaknya, peluk aku dan katakan: "semua akan baik-baik saja, Nak. Jalani semuanya dengan semestinya. inilah proses, Sayang." lalu tersenyum padaku. Dan itu sudah melebihi dari cukup.
Pak...sepertinya terlalu banyak yang sudah kuceritakan. Mungkin nanti kita sambung lagi yaaa...
Love you, Pak
I just want to pause whatever I am doing for one minute, everyday, and remember death! It will happen to me and all of us one day, I ask myself am I ready to meet my Lord, Allah, the Almighty? What have I prepared and sent forth?
Rabu, 30 Oktober 2013
Selasa, 29 Oktober 2013
THEY MEAN A LOT TO ME!
Mungkin selama ini aku kurang
bersyukur dalam hidup hingga aku selalu merasa tidak bahagia dan tersiksa. Aku
merasa sendiri, aku merasa sepi. Aku melupakan bahwa selalu ada tangan yang
terulur untuk memelukku dikala apapun dalam hidupku. Mungkin aku terlalu
congkak dan berfikir bahwa aku sanggup hidup tanpa mereka. Padahal seluruh
dunia tahu bahwa AKU RAPUH! Lalu salahkah aku jika aku berfikir tak ingin
membebani mereka dengan masalah-masalah sepele ku sedangkan aku tahu mereka pun memiliki masalah yang jauh lebih besar yang menjadi beban mereka
juga?
Namun,
mereka semua yang mengulurkan
tangan-tangannya untuk memelukku adalah orang-orang dengan jiwa yang melebihi
luasnya samudera, luasnya tak berujung hingga aku selalu terpesona pada mereka.
Aku sungguh beruntung mengenal mereka. Mereka hadiah dari-Nya untukku.
Bunda & I (we were sad but we smiled because we were together) |
Ada Bunda, begitu aku biasa
memanggilnya, yang selalu bisa membuatku tersenyum. Bunda selalu bisa membuatku
lupa akan beratnya beban masalahku ketika kami saling berbagi cerita. Saling
menasehati, saling mengingatkan dan akhirnya tersenyum bersama karena kami lega
telah berbagi meski masalah itu tetap ada di pundak kami. Bunda yang meski
sibuk tapi tetap ada ketika aku ingin melepaskan sejenak penat yang ada. Meski kadang
kami tak memegang sepeserpun uang dan tak bisa kemana-mana, hanya dengan berbaring bersama dikamar
Bunda sudah bisa menjadi obat stress
yang mujarab untukku. Thank you, Bunda for always being here with me. Love you, yesterday, today and tomorrow,
as usual.
MaySyifa - love them so much |
Ada
mereka berdua yang jaraknya 105 km dariku tapi tetap tak menghalangi rasa yang tumbuh untuk mereka.
Mbak Maya a.k.a Mimay yang selalu tersenyum meski aku tahu bahwa beban yang ada
di pundaknya jauh, jauh lebih besar dari beban kecilku ini. Dari Mbak dan Syifa, Lina belajar untuk tegar. “Makasih Mbak,
karena selalu menyiapkan telinga dan waktu Mbak untuk mendengarkan cerita tak
bermutu Lina. Maafin Lina, karena Lina kadang terlalu egois hingga sering tak
peka bahwa Mbak pun sedang memikul beban berat yang Lina pun tak sanggup berbuat
apapun meski hanya untuk sekedar menguranginya sedikiiiiit saja. Dan juga Sang
Ratu, anak juara yang sholehah! :)
Tante selalu kangen Syifa. Baik-baik ya sayaang sama ummi… Semoga Allah segera
mengirimkan penjaga buat kalian berdua. SemogaAllah segera mempertemukan Mbak
dengan seseorang yang kelak akan menggenggam tangan Mbak dan Syifa dengan erat,
dan bersama berjalan menuju surga-Nya. Seseorang yang tidak hanya membahagiakan
Mbak dan Syifa tetapi juga yang menyanyangi, bertanggung jawab, menerima kalian
apa adanya dan menjaga kalian sepenuh jiwanya. Semoga segera. Aamiin”
Saudara-saudaraku yang kutemui
dikala aku harus beradaptasi ditempat asing dan dalam keadaan terburukku: eLCi!
Ada Mbak Trise, Mbak Cica, Okky, Aya (Mama John dan John), Atik, dan Ester! Thanks, Gals! Cause you’ve let me be your friends till this time. You’ve completed me and my
life.
Our 2nd year in Wonosalam-Jombang (Baksos FBS) |
Meski sekarang kita sibuk dengan
urusan masing-masing dan jarang sekali berkumpul bersama (lengkap) seperti foto
diatas tapi percayalah, bertemu dan berkumpul bersama kalian beberapa jam saja
bisa menjadi amunisi semangat untuk beberapa bulan kedepan. Kalian mampu
menyuntikkan semangat yang luar biasa. Mungkin karena perjuangan dan suka duka
kita selama 4 tahun kuliah yang membuat kita selalu bisa tersenyum dalam
keadaan apapun! “Ayuuukkkk makan nasi bungkus lagi dan duduk selonjor dilantai
dengan dipandangi puluhan mata mahasiswa kaya dan dosen dengan pandangan:
cewek-cewek aneh dan gila yang ga bisa
jaim!”
Bu Ica (waktu hamil Abi) & I |
Cia, Cici and I (BNS GeJe) |
Dan orang-orang yang selalu
bersamaku setiap hari, yang bahkan tanpa perlu ku ungkapkan akan tahu kondisiku
hari itu. Orang-orang yang selalu saling mengingatkan dan menguatkan dibawah
tekanan tirani uang! Orang-orang yang selalu berhasil membuatku melepaskan
penat lewat air mata. Terima kasih banyak. Kalian bukan sekedar partner kerja
buatku, kalian adalah salah satu alasan yang membuatku bertahan berada di
tempat itu. Kalian adalah orang-orang hebat! Buat Cia a.k.a Bu Dian T. a.k.a Bu
Yuni a.k.a Bu Nunik, guru BK terkece, tergila, teraneh yang pernah aku kenal. Terima kasih untuk
selalu membuka pintu BK lebar-lebar buatku sejak awal aku bergabung dengan
kalian. Semoga selalu diberi keberkahan hidup dan kebahagiaan untuk keluarga
barunya. Buat Cici a.k.a Bu Farikha
yang-namanya-selalu-salah-dan-ditulis-Faricha a.k.a Bu Fafa
guru-kesayangan-Nyonya-yang-sedang-dalam-masa-pengkaderan-dan-lebih-sering-galau-sekarang, terima kasih
yaaaa karena selalu menemani lembur,
selalu memijatku ketika lagi masuk angin,
yang selalu mengingatkan bahwa yang terpenting itu perubahan yang lebih baik
saat ini, dan selalu memberi kemudahan dalam hal administrasi sekolah. Terima kasih
yaaaa Ci… Semoga Allah segera mempertemukan dengan yang terbaik buat Cici. Biar
tidak galau terus! :p dan untuk Bu Ica
a.k.a Bu Khoiro yang-selalu-mengingatkan-kalau-menulis-namanya-tidak-pakai-H-diakhir.
Terima kasih yaaaa sudah mau berteman denganku yang sulit diatur dan selalu
bisa “meledak” sewaktu-waktu ini… Thank you for giving me some materials freely
and telling me about anything in teaching and life. Terima kasih karena tidak
terus-terusan jutek ke aku yang cerewet dan tidak bisa diam ini. Semoga Bu Ica
dan keluarga selalu menjadi keluarga yang samara yang selalu dilimpahi rezeki
dan keberkahan hidup dan semoga jagoan-jagoannya menjadi jagoan yang sholeh.Kepada
kalian semua: TERIMA KASIH dan MAAF
karena selama ini Lina selalu merepotkan kalian. Terima kasih atas
uluran
tangan yang tak pernah lelah memeluk Lina. TERIMA KASIH... THANK YOU...
ARIGATOU... GUMAWO... SYUKRON... XIE XIE... DANKE... MERCI... GRACIAs...
OBRIGADA...
SIAPKAH KITA?
Ternyata aku melupakan sesuatu
yang begitu penting ketika aku mulai membuka hati untuk yang lain. Aku lupa
untuk MEMPERSIAPKAN DIRI! Aku lupa mempersiapkan diriku untuk rasa sakit dan
rasa bahagia. Aku lupa untuk mempersiapkan diri menerima jawaban YA dan TIDAK.
Aku lupa mempersiapkan diri untuk proses yang akan BERLANJUT atau BERHENTI! Aku
MELUPAKAN itu semua!
Bukannya dulu aku pernah menulis bahwa ketika kita
telah memutuskan memberikan hati pada yang lain maka kita harus siap dengan dua
hal yang mungkin saja selalu bergandengan? Entah kenapa aku bisa melupakannya.
Ketika aku siap membuka hati,
maka seharusnya aku mempersiapkan diri untuk menerima atau menolak. Jika kita
telah membuka hati, entah cepat atau lambat akan segera datang orang yang ingin
masuk atau hanya sekedar mengetuk pintu kita. Jika ia ingin masuk maka siapkah
kita menerima orang itu berada dalam hati kita atau kita hanya akan
membiarkannya berada di luar dan kemudian perlahan menjauh?
Kalau kita menolak kehadiran
mereka, siapkah kita merasa kesepian lagi dalam penantian kita atau kita malah
semakin bahagia karena merasa terbebas dari sesuatu yang membuat kita tidak
nyaman? Lalu jika kita menerima dia dalam hidup kita, siapkah kita untuk kecewa
atau malah bersyukur dalam perjalanan selanjutnya?
Jika kita kelak kecewa, siapkah
kita untuk terus bertahan bersamanya, atau malah berhenti di separuh perjalanan
dan kembali memutar haluan ke awal? Kalo kita memilih bertahan, sanggupkah kita
kembali bergumul dengan luka lalu kita akan mati perlahan atau kita bertahan
hingga akhirnya kita bahagia karena akhirnya dia bisa berubah? Sedangkan kalo
kita memilih berhenti di separuh perjalanan, mampukah kita mengobati luka dan
mencari yang baru atau kita malah terpuruk tanpa bisa bangkit lagi? Jika kita
bersyukur, maka siapkan dirimu untuk nikmat yang lebih besar lagi atau kamu
akan menjadi semakin kufur karena merasa memiliki segalanya!
Semuanya memiliki dua sisi.
Semuanya adalah pilihan. Dan aku lupa bahwa aku bisa saja jatuh cinta dan merasa
sakit atau jatuh cinta tapi bahagia. Jika ada istilah membina dan membangun
cinta bisa jadi kita bahagia (karena kita tidak jatuh!), bukankah masih ada
pilihan bahwa cinta yang kita bangun masih berpotensi roboh karena pondasi yang
tidak kokoh atau karena bencana yang tak terduga?
Maka yang perlu aku lakukan
selanjutnya adalah mempersiapkan diri ini dulu. Bersiap untuk sedih dan
bahagia. Karena tidak pernah kita merasa bahagia tanpa kita tahu bagaimana rasa
sedih itu. Pun sebaliknya sedih tak akan terasa tanpa pernah kita merasa
bahagia.
Langganan:
Postingan (Atom)