I just want to pause whatever I am doing for one minute, everyday, and remember death! It will happen to me and all of us one day, I ask myself am I ready to meet my Lord, Allah, the Almighty? What have I prepared and sent forth?

Sabtu, 31 Agustus 2013

RAGIL: AKU dan CITA

Siapa yang menyangka bahwa seorang Ragil Handoko akan menjadi seorang guru? Tidak ada kurasa. Ragil yang serampangan, yang ceroboh, yang tak sekalipun menyukai kegiatan mengajar menjadi seorang guru adalah mimpi yang tidak pernah ada di dalam daftar mimpi keluarganya. Keinginan Ragil bukanlah menjadi guru.  Ragil adalah sosok gadis yang selalu ingin berpetualang. Pergi ke tempat-tempat baru, menyelami budaya dan kebiasaan masyarakatnya. Ragil tidak pernah tahan bekerja dan menghadapi orang banyak. Dia lebih mencintai pekerjaan yang berkutat dengan benda-benda. Tanpa perlu berhadapan dengan manusia.

Itulah Ragil yang dikenal oleh Ragil. Aku Ragil dan aku mengajar diawali oleh keterpaksaan, hanya karena merasa bertanggung-jawab. Aku dulunya memilih bekerja sebagai admin di sebuah lembaga bimbingan belajar. Disana aku bertemu dan bergaul dengan orang-orang yang berprofesi sebagai guru. Seperti Bapakku dulu. Pimpinan LBB tempatku bekerja sepertinya melihat ku memiliki jiwa mengajar (padahal aku merasa tidak bisa mengajar, sungguh! >_<). Setiap kali aku ditawari untuk mengajar, selalu kutolak  dengan alasan tak siap mengajar. Karena penolakanku yang terus menerus, akhirnya pimpinanku tak lagi menawari ku mengajar. Leganya… Syukurku waktu itu.

Siapa sangka ternyata pada pertemuan LBB berikutnya aku mendapatkan “surprise”! Ketika pimpinanku mengakhiri materi pembekalannya, beliau memaparkan kelas dan penanggung-jawabnya. “Ragil, kamu nanti mengajar dan bertanggung jawab di kelas K1 ya”, lebih serupa perintah daripada penawaran. “K1 kan T…K.. , Pak..” ucapku masih dengan ekspresi takjub, shock, tak percaya, takut, dan kawan-kawannya. “Iya, karena kamu baru maka dikasih kelas  yang paling muda”, urai beliau. Sedangkan di ruangan sudah penuh sorak-sorai, “Selamat ya Gil!!!”, “Akhirnya Ragil jadi guru juga”, “Semangat ya Gil!” dan ucapan lain yang membuatku semakin terpana. “Terus bagaimana saya mengajarnya? Awalnya apa? Terus dikasih materi apa? Aku kan belum berpengalaman, Pak T_T”, seperti orang bego aku menanyakan sesuatu yang sebenarnya secara teori sudah aku pahami. Aku memahami secara teori karena aku kuliah di jurusan pendidikan dan gilanya aku tidak ingin menjadi guru! Ironis. “Lah ini adalah jalan buat kamu biar memiliki pengalaman. Kami berusaha menngembalikanmu ke jalan yang benar Ragil”, jelas beliau lagi. Mengembalikanku ke jalan yang benar…jadi selama ini aku dianggap tersesat! Huaaaa!!! Mereka semua gilaaaaa!!! MAsak aku dianggap tersesat! Aku merutuk dan terus berpikir dan berpikir sampai rumah.

Itulah awal mulanya aku mengajar. Diawali dengan mengajar anak TK yang, subhanallah, diantara kelucuan mereka tersimpan energi yang begitu berlimpah membuat ku kadang berfikir, ini aku sudah terlalu tua atau aku yang masih seperti anak kecil ya… Kemudian mengajar anak SD yang mulai sering protes atas perilaku gurunya… Mengajar SMA yang siswa nya lebih menganggap gurunya lebih seperti teman dan akhirnya sering kebablasan hingga tak menghormat  gurunya. Dan akhirnya mengajar SMP yang siswa-siswa nya sedang dalam pencarian jati diri, pengakuan masyarakat dan keluarganya. Sungguh senuah perjalanan yang penuh makna.

Bersama mereka, aku mulai banyak belajar. Belajar mengerti dan memahami karakter orang lain, belajar bertenggang rasa, belajar berbagi, belajar bercerita. Mereka terkadang berbuat ulah tetapi itulah dunia mereka. Mencoba menggali segala kemungkinan, mencoba segala hal yang baru. Mereka yang selalu membuat ku rindu sekolah, rindu mengajar. Mereka membuat ku bertahan saat kondisi terlelah ku… Mereka yang mampu membuat Ragil bertahan sebagai guru.. Thanks a lot dears…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar