I just want to pause whatever I am doing for one minute, everyday, and remember death! It will happen to me and all of us one day, I ask myself am I ready to meet my Lord, Allah, the Almighty? What have I prepared and sent forth?

Rabu, 30 Oktober 2013

Surat Untuk Bapak

Bapaaakkk...apa kabar disana??? (membayangkan berlari  menyambut Bapak seperti waktu kecil dulu :') )
Semoga baik-baik saja ya... Aku kangen banget sama Bapak... *peluuuukkk...(meski sekedar bayangan!)*

Pak, apa  sesungguhnya yang kau rasakan disana? Sakitkah? Atau sepi? Apa yang kau lihat disana dan siapa saja yang telah kau temui disana? Bahagiakah Bapak disana? Seberapa rindukah kau kepadaku dan pada keluarga disini? Tapi satu hal yang pasti kuingin dan ku do'akan, semoga Bapak selalu tenang disana.


Pak, suatu saat ceritakanlah padaku apa yang kau rasakan disana. Biar disini aku bisa menyiapkan diriku sebaik mungkin. Biar ketika kelak aku menemuimu disana, aku bisa tersenyum dan dengan bangga mengatakan "Lihat, aku sudah  siap berada disini dan bersama bapakku karena Bapak telah membimbingku dan mempersiapkanku sebelumnya!"

Begitu banyak pertanyaan dibenakku yang ingin kuajukan pada Bapak. Begitu banyak pula cerita yang ingin kubagi pada Bapak. Pastilah cerita duka dan suka disini tanpamu. Bila kami bahagia, ingin rasanya aku ajak Bapak kembali lagi kesini bersama kami. Brcanda, bergurau, berbagi, jalan-jalan, bermain, tertawa dan termenung bersama. Kala duka yang menyapa, ingin sekali rasanya aku menghampirimu lalu memelukmu. Menumpahkan segala beban dan tangis ini di dadamu.

Bapak, seperti saat ini. Aku merindukanmu melebihi jagad raya ini. Aku rindu pelukanmu yang hangat, aku rindu tatapmu yang teduh, aku rindu belai dan ucapmu yang menenangkan. Aku rindu. Banyak tangisku yang tak tertumpahkkan, banyak cerita yang tak tercurahkan. Dan aku ingin sekali mencurahkan nya pada Bapak, seperti dulu, dibawah langit malam sambil menunggu bintang jatuh. Kalau tak ada bintang jatuh maka cukuplah bagi kita menikmati kerlip indah diatas sana sambil bercerita tentang mimpi-mimpi dan harapan kita.

Pak, ini tentang salah satu harapan Bapak yang  terpatri dalam di hati dan pikiranku semenjak engkau pergi. Harapan yang dulu kau tanamkan pada anak-anak lelakimu, yang ternyata tak mampu mewujudkannya hingga kau pergi. Dan kini sepertinya akupun tak mampu mewujudkannya meski aku telah berusaha.

Pak, mungkin usahaku kurang keras, maaf. Aku hanya inginkan yang bisa menerima tak hanya aku tapi juga orang-orang lain yang kau sayangi. Apa aku salah ketika aku ingin bahagia tak hanya bersama dia tapi juga bahagia bersama keluargaku? Apa aku salah ketika aku harus menolak dia yang tak membuat ku nyaman? Sungguh, aku tak berniat. Aku hanya ingin seperti harapan satu-satunya pintu surga yang tersisa untukku tanpa bermaksud mengesampingkan harapanmu, Pak. Ini pun berat bagiku, berat sekali.

Atau seperti saat ini, ketika aku merasakan hal yang berbeda pada seseorang, namun ternyata keadaan tak merestui kami. Lagi-lagi, semua demi pintu surgaku, wanita yang kau cintai. Tak ingin aku meninggalkan wanitamu,  tak ingin aku menyia-nyiakan limpahan pahala yang tergelar dihadapannya, tak ingin aku membuatmu menangis dan murka karena aku melupakannya. Kalian masih lah yang tercinta, takkan terganti.

Lalu, yang bisa kulakukan hanyalah kembali berpasrah pada-Nya. Kembali berujar maaf padamu dan kembali berusaha untuk mewujudkan harapanmu dan membahagiakan wanitamu. Pak, mungkinkah orang akan berfikir bahwa aku  serakah? Terlalu mulukkah aku jika aku berharap mampu mewwujudkan impian dua orang sekaligus? Jika iya, biskah kau katakan padaku apa yang seharusnya aku lakukan?

Sungguh Pak, aku butuh Bapak untuk memberiku sedikit petunjuk. Aku butuh Bapak untuk menenangkanku dan menunjukkanku apa yang bisa aku lakukan. Jikalau kau hanya mampu terdiam, setidaknya, peluk aku dan katakan: "semua akan baik-baik saja, Nak. Jalani semuanya dengan semestinya. inilah proses, Sayang." lalu tersenyum padaku. Dan itu sudah melebihi dari cukup.

Pak...sepertinya terlalu banyak yang sudah kuceritakan. Mungkin nanti kita sambung lagi yaaa...

Love you, Pak
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar