I just want to pause whatever I am doing for one minute, everyday, and remember death! It will happen to me and all of us one day, I ask myself am I ready to meet my Lord, Allah, the Almighty? What have I prepared and sent forth?

Sabtu, 31 Agustus 2013

Sedikit Cerita...

"Parents are the most important people after Allah for me, their smile and pray are the most precious things in my life… My father is my sun who taught me how to survive and struggle for this life, my mother is my moon who teaches me how to thanks for having a hard work for a whole day"

Bapak, terima kasih atas cinta yang tak tertandingi… 14 tahun bersamamu membuat hidupku bermakna selamanya…
Ibuk, terima kasih atas pengorbanan dan perjuanganmu… Allah yang akan membalasmu karena aku tak memiliki apapun selain dirimu…

Aku mencintai Bapak dan Ibuk meski tak sekalipun aku mengutarakannya dihadapan kalian…

Aku dan keluargaku bukanlah keluarga yang bisa dengan leluasa dan bebas mengungkapkan rasa. Kami tak pernah bilang “aku sayang bapak”, “aku sayang ibu” ataupun sebaliknya. Bukan karena kami tak saling menyayangi. Apakah pernah ada keluarga yang tak saling menyayangi? Ada mungkin, satu diantara seribu. Dan aku percaya, 100%, bahwa rasa sayang hadir dan tumbuh di keluargaku dengan cara yang berbeda.

Ini sedikit cerita tentang kami...
Kami, mengungkapkan ekspresi cinta kami melalui perhatian. Kami berbagi perhatian, berbagi cerita, dan kami pun berbagi makanan. Bapak telah mengajarkan pada kami bagaimana cara berbagi dengan keluarga dengan cara yangg paling simpel. Bapak jarang sekali membeli nasi bungkus sejumlah orang yang ada di rumah. Jarang, dan hampir tak pernah. Bukan Bapak tak mampu, aku yakin Bapak punya cukup uang untuk membeli sebanyak jumlah anggota keluarga. Tapi, Bapakku ingin mengajarkan tentang BERBAGI…

Ya, kami harus berbagi! Kami berbagi sebungkus nasi dengan 2 atau 3 orang. Kami memakannya bersama. Kami memang hanya merasakan sedikit nasi itu, tapi tahukah kalian bahwa kami “kenyang”. Kami kenyang karena kami memakannya bersama, kami bisa merasakan nasi yang sama. Tak ada yang tak kebagian, tak ada yang iri. Nikmatnya kami rasakan bersama. Asin, manis, pedas, bahkan hambarnya pun sama. Semua dapat rasa yang sama. karena kami memiliki darah yang sama. Karena kami keluarga.

Ibuk, apa yang telah Ibuk ajarkan pada kami? Kerja keras. Ibuk tak perlu uang. Ibuk tak kurang sandang. Ibuk hanya tak ingin nganggur. Memberdayakan apa yang Ibuk punya. Ibuk bekerja, membuka warung, menjual nasi. Buat apa? Toh sudah ada nafkah dari Bapak, dan cukup. Ibuk bukan seorang sarjana, smp saja ibu tidak merasakannya. Hanya saja Ibuk adalah wanita yang pandai dalam berfikir tentang masa depan. Ibuk bekerja karena Ibu telah bersiap bahwa kita tidak selamanya bersama. Ibuk bersiap untuk masa depan yang kemungkinan tak semudah saat ini. Ibuk mempersiapkan dirinya sendiri dan untuk anak-anaknya kelak. Ibuk mengajarkan bahwa wanita, apalagi seorang Ibuk, harus bekerja keras untuk memberikan cadangan kehidupan yang layak buat keluarganya.

Bagiku, Bapak dan Ibuk adalah yang terbaik. Begitu pula dengan Ibuk dan Bapak masing-masing orang di dunia ini. Bagaimanapun dan siapapun Bapak dan Ibuk kita, mereka adalah yang terbaik buat kita. Mereka adalah pahlawan keluarganya. Mereka adalah penabur cinta. Dan merekalah…cinta itu sendiri.

*untuk Bapak, yang telah tenang disana, dan Ibuk, yang masih terus berjuang untuk anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar